Industry update dalam sektor pariwisata terus diupayakan dalam situasi pandemi ini. Salah satu bentuk keseriusan Sekolah Vokasi UGM Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya dalam menyiasati pentingnya hal ini dengan mengadakan seminar daring bersama CEO dari Werkudara Travel, Fadli Fahmi Ali (06/10/2020) melalui platform webex. Dimoderatori secara langsung oleh salah satu dosen di bawah naungan Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya, Bapak Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi, S.S., M.A., pertemuan ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya, Ibu Dr. Endang Soelistiyowati, M.Pd. Dalam pidato singkatnya, beliau menuturkan harapannya mengenai seminar ini untuk keberlangsungan perkualiahan mendatang.
Dalam sesi awal, Ketua Prodi Bisnis Perjalanan Wisata, Bapak Nuryuda Irdana, S.P., M.M. mengambil peran sebagai pembicara utama. Beliau memberikan beberapa penjelasan mengenai langkah-langkah yang sedang diusahakan oleh pihak kampus sebagai tindak lanjut perkuliahan daring yang saat ini masih harus berjalan. Bapak Nuryuda menyampaikan keterangannya mengenai dosen-dosen yang dituntut untuk makin kreatif agar mahasiswa tidak bosan dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media video, kuis, dsb. Sarana audio visual sendiri sudah diakui secara langung oleh Bapak Yuda keberadaannya dalam sekolah vokasi.
Selain itu, manajemen akademik perlu mengalami penyesuaian dengan tidak akan membebani mahasiswa. Hal ini diterapkan dengan memadatkan mata kuliah dari empat belas tatap muka menjadi sepuluh pertemuan daring tanpa mengurangi bobot dan tidak harus berdurasi seratus menit (asynchronous). Sistem penilaian hasil belajar harus objektif dan mahasiswa harus selayaknya mendapatkan nilai. Pelaksanaan ini juga dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan dari posisi permintaan dalam kuliah daring.
Pencapaian sekolah vokasional sejauh ini juga menjadi bahasan pokok yang ingin disampaikan. Sekolah vokasional telah berhasil terikat pada industry selain perguruan tinggi negeri dan mahasiswa sehingga mampu merancang kembali kurikulum yang perlu pembaharuan. Dari mitra industri, ada yang tiap tahun mengganti kurikulum terutama saat pandemi melalui riset industri dan masyarakat.
“Saat ini kita belum ada di new normal sesungguhnya karena semua pihak masih mencari bentuk yg paling ideal untuk berinteraksi. Semestinya, kondisi ini adalah kesempatan kita untuk bisa merasakan kembali beraktivitas dalam keadaan normal, contohnya dengan kuliah luring, wisatawan bisa berwisata kembali, dan acara pernikahan terlaksana dengan syarat dan protokol kesehatan. Oleh karena itu, kondisi saat ini masih tergolong dalam masa transisi,” tutur Bapak Yuda ketika ditanya tentang ulasan beliau terhadap kondisi saat ini.
Perubahan yang dirasa signifikan dalam pembelajaran adalah matkul yang sebelumnya memiliki banyak kunjungan industri kini digantikan dengan dosen tamu, webinar. Pola kegiatan kuliah lapangan dan kunjungan industri belum ditentukan. Mahasiswa tingkat akhir yang biasanya magang mengubah haluan dengan membuat laboratory based work, dan doing project serta tidak melakukan magang secara penuh. Usulan mahasiswa dengan penyusunan story telling, paket wisata, pengelolaan perkebunan, pengembangan air apps meeting, pengelolaan sanggar mekar sore menjadi beberapa contoh sebagai usaha tetap terjalinnya komunikasi antara mahasiswa, kampus, dan industri.
“Perlu diskusi bersama industri mengenai new normal sesungguhnya karena menjadi garda paling depan dan adaptif,” imbuh Bapak Yuda terhadap kesiapan sektor pariwisata baik dalam dunia kerja maupun perkuliahan. Beliau tidak lupa menyampaikan informasi bahwa industri penerbangan memprediksi new normal baru bisa terwujud secara optimal terjadi pada 2024. Hal ini berkaitan erat dengan kepentingan mahasiswa untuk melakukan magang. Kemungkinan untuk magang tidak tertutup seratus persen, asalkan kampus memberi kesempatan dengan persyaratan membuat surat pernyatan kesepakatan kedua belah pihak dan menjaga prosedur kesehatan. Mahasiswa diharuskan paham untuk terjun langsung di industri yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Seusai penuturan Bapak Yuda, pertemuan dilanjutkan dengan sesi presentasi bersama tamu utama webinar, yaitu Bapak Fadli Fahmi Ali. Masih dengan tema terkait, Bapak Fahmi menyampaikan perubahan regulasi sesuai Covid-19 dari sudut pandang industri pariwisata. Sebagai CEO Werkudara Travel, Bapak Fahmi menjelaskan bahwa bisnis wisata yang beliau ampu sudah memiliki MOU dgn sekolah vokasi dalam redesign kurikulum, webinar, dan akademisi.
Bagaimana pandemi menuntut pariwisata bertransformasi ditanggapi sebagai inovasi bagi pihak Werkudara Travel. Artinya, ada pembatasan perjalanan yang bertentangan dengan prinsip pariwisata yang terkoneksi dengan manusia, sejarah, dan lingkungan. Hal ini pada awalnya bisa menghambat tujuan pariwisata terwujud. Dampak yang dapat terjadi kemudian adalah pariwisata tidak bisa memaksimalkan potensinya untuk keberlangsungan bersama.
“Terbengkalai, tidak ada pendanaan, dan stakeholders lintas industri,” ungkap Bapak Fahmi dari pengalamannya pada awal pandemi yang menyurutkan bisnis wisata.
Mempelajari Covid-19 secara mendalam sehingga mampu membuat rekayasa ilustrasi dan teknis untuk mice yang nyaman merupakan pertahanan utama yang dilakukan Werkurdara Travel. Dalam hal ini, mereka mengedepankan pariwisata sebagai inovasi dan keberlanjutan untuk menghadapi new normal.
“New normal pariwisata adalah inovasi dan sustainability. Ketika menjadi event planner , kita harus mampu membuat mitigasi yang sesuai. Pastikan inovasi sepadan dan berkelanjutan, terutama untuk daerah tujuan yang ingin dikembangkan karena tiap-tiap daerah memiliki kebutuhannya masing-masing,” ujar pak Fahmi saat menjabarkan poin-poin dari tahapan yang perlu dilalui untuk mencapai pariwisata yang baru. Werkudara Travel mampu meyakinkan wisatawan untuk memercayakan perjalanannya pada mereka setelah melakukan prinsip utama dengan unsur pelindung baik untuk kesehatan individu maupun masyarakat. Selain itu, unsur pencegahan juga diterapkan dengan melakukan komunikasi dan protokol kesehatan, seperti sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk memberikan pengertian bagi semua orang. Selanjutnya, rekayasa administrasi dan teknis dilakukan apabila tidak memungkinkan melakukan jaga jarak, seperti pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, pembuatan partisi, dan pengaturan jalur masuk dan keluar. Utamanya, Werkudara Travel berusaha menjunjung tinggi safe operational excellence dalam pemenuhan target industrinya.
Portofolio Werkudara di era pandemi sejak Maret 2020 adalah telah melaksanakan 33 proyek dengan lebih dari 2.500 wisatawan dan tidak ada peningkatan kasus Covid-19 pada empat destinasi yang dituju. Pencapaian ini dapat berhasil dengan memulihkan kepercayaan wisatawan terlebih dahulu bahwa mereka akan selamat dan aman. Adaptasi prosedur sesuai protokol kesehatan dengan referensi pemerintah dan WHO menjadi syarat utama. Prakegiatan dilaksanakan tidak hanya peserta tetapi juga pengelola dan pekerja secara mendetail. Memastikan bahwa semua orang aman, Werkudara Travel selalu mengantisipasi setiap kegiatan dengan pengisian formulir registrasi digital yang lengkap, screening dan komunikasi pencegahan, dan pembagian panduan protokol kesehatan di semua titik pelaksanaan kegiatan. Kunci utama dalam inovasi Werkudara Travel adalah memanfaatkan fitur, ubah fungsi, dan value sehingga mampu memberi informasi yang mudah diakses.
Rencana ke depannya dalam penerapan inovasi dan keberlanjutan Werkudara Travel adalah kesiapan operasional dan staff yang mampu menyediakan berbagai skenario. Di biro, pengelola harus memiliki pemahaman yang cukup dan benar sesuai referensi resmi mengenai Covid-19. Keunggulan operasional harus dipastikan aman dan tidak asal melakukan open trip tanpa prosedur yang benar. Ketika risiko pekerja tinggi, pihak penyelenggaran wisata akan membebastugaskan pekerja dan mencarikan pengganti. Selain itu, kemampuan komunikasi sangat penting, terutama jenis informasi yang transparan. Semua ini telah melewati pelatihan yang baik sebelum bisa diterapkan langsung ke lapangan. (SL)