Mahasiswa Diploma Tiga Pariwisata 2017 Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada melakukan kuliah lapangan 4 hari 3 malam (4D3N) ke Singapura dan Malaysia. Kegiatan kuliah lapangan bagi mahasiswa program Diploma III Pariwisata ini, merupakan agenda wajib yang ditempuh mahasiswa semester lima untuk dapat meningkatkan kompetensinya berdasarkan hasil analisis lapangan. Pengalaman di lapangan menjadi bekal mengembangkan kompetensi dalam mengelola bidang pariwisata.
Kuliah lapangan ke Malaysia dan Singapura ini, dibagi dalam tiga jadwal keberangkatan yang berbeda sesuai kelas masing-masing. Untuk kloter pertama adalah kelas A pada 14 September sampai 17 September 2019 dengan 29 mahasiswa didampingi oleh Dosen kami yaitu Pak Muhammad Sidiq Wicaksono, S.E., M.Sc. dan Bu Arina Pramusita, S.I.P., M.Si. Sedangkan kloter kedua adalah kelas B pada 21 – 24 September 2019, didampingi oleh Pak Ghifari Yuristiadhi MM, S.S.,M.A. dan Bu Elisa Dwi Rohani, S.E., M.Sc. Pada kloter ketiga yaitu kelas C pada 28 September sampai dengan 1 November 2019 didampingi oleh Pak Cerry Surya Pradana, S.S., M.Sc, dan Miss Handayani Rahayuningsih, S.S., M.Sc.. Perjalanan pulang dan pergi menggunakan pesawat Air Asia.
Sebelum hari keberangkatan tiba, mahasiswa sudah mendapatkan informasi dan pengarahan terkait barang dan dokumen perjalanan yang harus dibawa. Untuk mempermudah kegiatan di setiap tempat yang dikunjungi, mahasiswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang dipimpin oleh seorang koordinator kelompok.
Melalui kegiatan wisata dengan pergi ke negera lain seperti Malaysia dan Singapura lalu datang ke banyak destinasi, tentunya akan mendapat banyak sekali pengalaman dan pembelajaran. Baik terkait managemen suatu destinasi dan perjalanan wisata. Selain itu juga pembelajaran terkait imigrasi yang ada di luar negeri. Sehingga dapat dibandingkan dengan destinasi-destinasi wisata di Indonesia apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan. Tentunya sebagai insan pariwisata harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan teknologi dan permasalahan yang ada di dunia Pariwisata.
Membicarakan pariwisata yang ada di Indonesia tentunya tidak kalah menarik dari Negara Malaysia dan Singapura. Indonesia memiliki beragam budaya, wisata alam, pantai, wisata buatan, dan lain sebagainya. Indonesia cukup kaya dengan objek pariwisatanya dan memiliki ciri khas dalam setiap daerah. Tentunya ini menjadi peluang bagi negara Indonesia. Namun, yang menjadikan Indonesia kalah dengan Malaysia dan Singapura adalah manajemen infrastruktur kota atau daerah, fasilitas pendukung pariwisata yang sangat kurang memadai, serta banyaknya bencana dan sampah yang ada di Indonesia.
Dalam hal aksesibilitas, jelas sekali Indonesia sangat tertinggal jauh dengan Malaysia dan Singapura. Dengan teknologi yang canggih di negara tersebut. Adanya MRT yang bisa mengakses kemanapun destinasi wisata yang dituju. Walaupun Indonesia baru saja membuat MRT baru dipusat Ibukota namun masih tetap belum bisa menyaingi Malaysia dan Singapura. Apalagi permasalahan macet dimana-mana tentu akan menghambat aksesibilitas dalam dunia pariwisata. Manajemen transportasi lain di Indonesia seperti Bus dan Kereta Api tetap saja masih perlu ditingkatkan kembali.
Selain itu dalam pemasaran pariwisata indonesia memiliki branding tersendiri yaitu Pesona Indonesia atau Wonderfull Indonesia. Branding tersebut menjadi identitas pariwisata Indonesia untuk proses promosi. Promosi yang para pariwisata Indonesia tidak kalah dengan negera Malaysia dan Singapura, melalui media online, media offline, dan video advertising.
Pariwisata Indonesia harus tetep selalu ditingkatkan dan selalu melakukan perbaikan dan pengembangan. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan menjadi aspek penting dalam kemajuan ekonomi suatu negara. Dalam perkembangannya terdapat berbagai perubahan pola, bentuk, ataupun sifat kegiatan perjalanan wisata, dan lain-lain. Selain itu, pariwisata menjadi leading sector dalam pembangunan nasional, berperan penting dalam penggerak ekonomi, pencipta lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastruktur. Sektor pariwisata dapat berkembang dengan baik dan optimal, sudah barang tentu perlu didukung oleh berbagai faktor atau komponen yang secara langsung maupun tidak berkaitan dengan aktivitas kepariwisataan. (April)