Diploma yang merupakan salah satu bentuk keilmuan yang berfokus pada praktek secara langsung menuntut mahsiswa untuk berperan aktif dalam lingkungannya. Mahasiswa yang setelah lulus akan langsung terjun didunia kerja, harus memiliki banyak pengalaman dalam menerapkan ilmu yang sudah didapatkan. Mahasiswa program studi D3 Kepariwisataan Universitas Gadjah Mada dituntut untuk berperan aktif dalam penerapan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan. Mata kuliah Pariwisata Kreatif adalah mata kuliah yang membuat mahasiswa turut aktif dalam menerapkan pengabdian di sebuah destinasi wisata. Mata kuliah pariwisata kreatif memberikan materi seputar industri pariwisata kreatif yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya. Setiap minggunya, mahasiswa mempresentasikan salah satu industri pariwisata yang sudah mereka observasi secara kelompok. Tidak hanya itu saja, mahasiswa juga dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menjadi tim konsultan.
Tujuan dari tugas ini adalah membantu destinasi atau industri pariwisata kreatif yang perlu bantuan dalam hal promosi, pemberdayaan masyarakat atau bahkan penjualan produk. Tugas ini menjadi proyek Ujian Tengah Semester, namun pada akhirnya beberapa kelompok mendampingi client sampai setelah uts berlangsung. Pendampingan yang melebihi dari jadwal uts yang disepakati bukan kareana ketidakberhasilan tim namun bentuk dari kepercayaan client untuk tetap mendapat pendampingan datri tim konsultan.
Salah satu tim konsultan yang diberi kepercayaan oleh client sampai setelah proyek Ujian Tengah Semester selesai adalah Tim Kuncoro Konsultan. Tim ini berasal dari kelas B angkatan 2016 yang beranggotakan Adelia Gita Safitri, Bela Almira, Winda Nurrahma A, Cendyta F. P, Berliana Puspitasari, Agnes Christiani A. K, Cahyo Dedi Derado. Kuncoro Konsultant mendampingi Desa Wisata Malangan. Desa ini menawarkan pariwisata kreatif berupa paket wisata menganyam bambu, paket wisata membuat keris dan membatik. Tim Kuncoro Konsultan mendampingi pemberdayaan masyarakat desa wisata malangan yang memiliki keterbatasan dalam pemanduan wisata berbahasa inggris. Permasalahan yang sedang dialami oleh masyarakat desa wisata malangan adalah belum bisa menyediakan pemandu wisata berbahasa inggris sedangkan mayoritas wisatawan yang datag adalah wisatawan asing. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan berupa “Pelatihan Guiding Berbahasa Inggris”. Pelatihan ini dilakukan 2 minggu sekali dengan rentan waktu 2 bulan dan jumlah total pertemuannya sebanyak 5 kali selama 2 jam.
Tim Konsultant Kuncoro menggandeng salah satu lembaga private bahasa inggris ‘English Cafe’ dalam mensukseskan proyek pemberdayaan ini. Kuncoro Konsultan memilih lembaga private ini karena lebih fokus pada percakapan berbahasa inggris (conversation). Masyarakat yang ikut dalam pelatihan ini tidak dibatasi sehingga siapapun boleh ikut. Mayoritas peserta pelatihan adalah warga yang memiliki homestay, pemandu wisata dan anak-anak. Selama pelatihan ini, masyarakat sangat antusias dalam belajar teknik kepemanduan wisata berbahasa inggris. Harapannya, setelah adanya pelatihan ini, masyarakat desa wisata malangan bisa mandiri dan mumpuni menyambut wisatawan asing. (AGS/NK)