Manajemen Objek dan Atraksi Wisata mempelajari tiga ruang lingkup jenis wisata, yakni wisata alam, buatan, dan budaya. Kali ini, tepatnya pada tanggal 22 April 2017 mahasiwa diajak untuk mempelajari langsung terkait manajemen objek dan atraksi wisata di objek kajian wisata buatan, tepatnya ada di Wisata Towil Fiets, Sentolo, Kulonprogo. Pemilihan Towil Fiets sebagai tempat kuliah lapangan didasarkan atas potensi wisata buatan yang dimiliki Mas Towil untuk mengembangkan wisatanya yang telah berhasil menarik beragam wisatawan mancanegara untuk membeli paket wisata “sepeda onthel” yang ditawarkannya.
Kegiatan ini memiliki tujuan pertama memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mempelajari tentang pengelolaan, pengembangan, dan pemasaran objek serta atraksi wisata buatannya seperti yang terdapat di wisata Towil Fiets. Kedua, memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang manajemen produk wisata buatan yang berhasil menarik kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Ketiga, wujud praktikum dari mata kuliah Manajemen Objek dan Atraksi Wisata. Manfaat yang diharapkan adalah pertama kemampuan mahasiswa dalam mengelola, mengembangkan, dan memasarkan objek dan atraksi wisata buatannya. Kedua, kemampuan mahasiswa dalam manajemen produk wisata buatan yang berhasil menarik kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Ketiga, mahasiswa mampu mengobservasi dan menganalisis objek kajian wisata buatan sesuai dengan output mata kuliah Manajemen Objek dan Atraksi Wisata Buatan.
Mahasiswa diajak oleh Mas Towil mengelilingi desa dengan menggunakan sepeda onthel sambil berhenti di beberapa spot untuk menjelaskan berbagai hal yang biasanya dijelaskan kepada para wisatawan mancanegara. Setelah mengelilingi desa mahasiswa dijelaskan lebih detail lagi di pendopo Mas Towil mulai dari sejarah berkembangnya Towil Fiets, strategi pengelolaan dan pengembangan obyek atraksi wisatanya, serta strategi pemasaran. Konsep Wisata Towil Fiets ini lebih kerennya adalah pada sinergi yang dilakukan antara Mas Towil dengan penduduk sekitar yang sebenarnya merupakan atraksi wisata tersendiri untuk para wisatawan.
Mas Towil bukan hanya untuk keuntungan sendiri tapi juga melibatkan partisipasi masyarakatnya dalam hal penyewaan sepeda onthel ketika kurang jumlahnya atau saat dijalan terjadi ban bocor atau sepedanya rusak. Biasanya paket wisatanya keliling desa selama 30 sampai bahkan dua jam hingga Bukit Menoreh sesuai dengan paket wisata yang dipesan. Setelah mengelilingi desa, mahasiswa juga diajak tanya jawab terkait Towil Fiets. Mas Towil menyebutkan bahwa hampir 95% yang dating adalah wisatawan mancanagera dari Eropa. Kerjasama bisnisnya tidak menggunakan agen di Indonesia, akan tetapi malah menggunakan agen tour and travel yang ada di Eropa. Pengembangan paketnya lebih menonjolkan berbagai aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan sehingga wisatawan memperoleh banyak pengalaman yang tidak bisa mereka lupakan. Harapannya mahasiswa diploma kepariwisataan UGM ini mampu mengadopsi konsep Mas Towil dalam mengembangkan objek dan atraksi wisata. (SK)